KAHULUI, HAWAII − Skala kehancuran di Maui, Hawaii akibat kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) makin terang pada Sabtu (12/8). Para pejabat mengatakan jumlah korban tewas sudah bertambah hingga mencapai 80 orang dan kemungkinan terus bertambah karena tim SAR dibantu anjing pelacak menyisir puing-puing yang habis terbakar di Kota Lahaina untuk mencari korban.
Badan Manajemen Darurat Federal (Federal Emergency Management Agency/FEMA) Amerika Serikat (AS) memperkirakan pembangunan kembali kota resor bersejarah itu akan menelan biaya sekitar $5,5 miliar atau setara Rp84,2 triliun. Api kebakaran yang menjalar dengan cepat meludeskan lebih dari 1.000 bangunan dan meluluhlantakan hampir seluruh bagian kota itu.
Para pejabat bertekad untuk memeriksa sistem notifikasi gawat darurat setelah sejumlah warga mempertanyakan apakah ada lebih banyak yang bisa dilakukan untuk memperingatkan orang-orang sebelum api melalap rumah mereka. Beberapa orang terpaksa mengarungi Samudera Pasifik untuk melarikan diri.
Sirene-sirene yang dipasang di sekitar pulau untuk memberi peringatan datangnya bencana alam tidak berbunyi saat kejadian. Pemadaman listrik dan jaringan ponsel yang meluas juga menghambat pengiriman tanda bahaya dalam bentuk lainnya.
Jaksa Agung negara bagian Hawaii, Anne Lopez, mengatakan dia memulai kajian terhadap pengambilan keputusan sebelum dan pada saat kebakaran berlangsung. Sementara, Gubernur Josh Green mengatakan kepada stasiun televisi CNN bahwa dia sudah memberi kewenangan untuk dilakukan kajian atas respons gawat darurat.
Para pejabat setempat menggambarkan gabungan sejumlah faktor mengerikan yang menyebabkan kebakaran, termasuk kegagalan jaringan komunikasi, hembusan angin kencang dari badai lepas pantai dan lusinan titik kebakaran yang saling terpisah jarak bermil-mil hingga menyulitkan koordinasi dengan sejumlah instansi gawat darurat. Instansi-instansi gawat darurat ini yang biasanya mengeluarkan peringatan dan perintah evakuasi.
Korban jiwa akibat kebakaran, yang mulai pada Selasa (8/8), melebihi jumlah korban tewas akibat tsunami pada 1961 yang menewaskan 61 orang, satu tahun setelah Hawaii resmi menjadi negara bagian Amerika Serikat (AS). Karhutla itu adalah bencana alam terburuk dalam sejarah Hawaii.
Pihak berwenang mulai mengizinkan warga untuk kembali ke Maui bagian barat pada Jumat (11/8), tetapi zona api di Lahaina tetap diblokir. Para pejabat memperingatkan kemungkinan ada asap beracun dari wilayah-wilayah yang masih membara dan operasi pencarian korban masih berlanjut.
Ratusan orang masih dinyatakan hilang, tapi jumlah pastinya masih belum jelas. [Ft/Red]