JAKARTA − Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan terjadi deflasi pada Agustus. Ini menjadi deflasi selama 4 bulan beruntun.
Pada Senin (2/9/2024), Deputi Kepala BPS Bidang Statistik Distribusi dan Jasa Pudji Ismartini melaporkan terjadi deflasi 0,03% pada Agustus dibandingkan bulan sebelumnya (month-to-month/mtm).
Deflasi pun kembali terjadi, kini menjadi yang keempat bulan berturut-turut.
Pudji menegaskan, deflasi yang terjadi selama 4 bulan ini lebih disebabkan oleh pasokan barang dan jasa yang memadai.
“Fenomena deflasi selama 4 bulan ini lebih karena suplai. Panen komoditas pangan dan hortikultura membuat penurunan biaya produksi sehingga harga di tingkat konsumen turun. Pasokan berlimpah,” tegasnya dalam jumpa pers di kantornya, Jakarta.
Puji mencontohkan, deflasi pada Mei yang sebesar 0,03% mtm disebabkan oleh panen raya sehingga membuat harga beras menurun. Selain itu, deflasi juga disebabkan oleh penurunan harga daging ayam ras, tomat, dan cabai rawit.
Kemudian pada Juni, di mana terjadi deflasi 0,08% mtm, penyebabnya adalah pasokan yang memadai untuk komoditas bawang merah, tomat, dan daging ayam ras. Lalu pada Juli, yang mengalami deflasi 0,18%, penyebabnya adalah kecukupan pasokan yang menyebabkan penurunan harga bawang merah, cabai merah, dan telur ayam ras.
“Deflasi Agustus disebabkan karena penurunan harga bawang merah, daging ayam ras, tomat, dan telur ayam ras,” ucap Pudji.
Soal penurunan daya beli, Pudji tidak memberikan penjelasan lebih jauh. “Kita perlu pelajari lebih lanjut,” ujarnya. [Aj]