Sebuah makam kuno di Jorong Aua Kuniang, Nagari Pasia Laweh, Kecamatan Palupuah, Agam layak diklaim sebagai yang terpanjang di Indonesia. Ukurannya di luar nalar, yakni memiliki panjang sekitar 40-45 meter dan lebar 1,5 meter.
− Makam ini diyakini warga sebagai tempat peristirahatan terakhir seorang tokoh bernama Datuak Tan Barido. “Dia bukan orang sini, aslinya Barido adalah orang Arab yang datang ke Minangkabau,” kata sesepuh setempat, Ibrahim Datuak Mangindo (80).
Ibrahim menyebutkan tidak diketahui maksud kedatangan Barido ke Tanah Air, namun menurut dia hal itu berhubungan dengan Syiar Islam. Selama menetap di tanah Minangkabau, Barido, kata dia, menetap di Kabupaten, 50 Kota.
Saat itu Perang Paderi (1803-1838) melawan Belanda sedang sengit-sengitnya dan memaksa Barido pindah ke Pasaman. Selama menetap di Pasaman ia mendapat gelar Datuak. Namun, karena kerinduannya akan 50 Kota, Barido pun kembali kesana dan membawa dua orang teman perjalanan.
“Di perjalanan, tepatnya di hutan yang dekat kampung ini, dia meninggal dunia saat jelang tengah malam. Dua orangnya teman tadi, lantas menggali kubur. Ketika liang itu hampir selesai jelang pagi, namun mendadak ayam berkokok. Itu menjadi pertanda bagi dua orang tadi jika ada perkampungan di sekitaran mereka,” tutur Ibrahim mengisahkan.
Mengetahui hal tersebut, jenazah Barido kemudian dibawa turun dari hutan, dan dua orang rekannya itu meminta izin kepada penduduk kampung. Agar para rekannya itu bisa menguburkan jenazah di dalam kampung agar nanti tak susah menziarahinya. Penduduk pun memberi izin, dan menempatkan makam tersebut di pinggiran kampung, tepatnya tapal batas tanah antara Suku Jambak dan Pili.
Setelah Barido dikuburkan, kedua orang tadi pun lantas berlalu.
Kuburan Mendadak Memanjang
Namun, beberapa hari kemudian, penduduk kaget, kuburan Barido yang awalnya hanya sepanjang 2 meter, mendadak memanjang hingga mencapai kisaran 40-45 meter.
“Kami menganggap jenazah yang dikuburkan disana adalah orang mulia dan shaleh, maka kuburannya begini. Panjang pastinya tak bisa diketahui, sebab berubah-ubah setiap diukur. Tapi rataan 40-45 meter jika diukur,” sambung Datuak Mangindo (panggilan Adat Ibrahim).
Dari nisan kepala hingga kaki, didapatlah ukuran sebanyak 14 galah lebih sedikit atau persis 40 meter. Kuburan ini, sekelilingnya sudah diberi tembok, namun pagarnya hanya dipagari dengan berbagai macam bunga saja. Batu nisan di bagian kepala memiliki ukuran yang cukup besar dengan tinggi 1 meter.
Sementara nisan kaki yang berada di ujung, setinggi 30 centimeter dengan ukuran kecil. Lokasi makam ini berada di tengah persawahan, persis di pintu masuk rimba. Untuk mencapai lokasi makam panjang ini, Anda harus masuk di Jalan Lintas Sumatera Bukittinggi – Medan KM 30, persisnya di Simpang Paninggiran Ateh, Palupuah.
Selanjutnya, ambil rute kanan, lalu Anda akan melalui jalan beton yang nyaris hancur dan penuh tanjakan. Ikuti jalan ini terus hingga akhir, sejauh 5 kilometer, maka Anda akan sampai di lokasi. [*]