Sempurna ! Dosen Uhamka Raih IPK 4.00

Kader Pusat Studi Gender dan Perlindungan Anak Universitas Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA (PSGPA UHAMKA), Puri Pramudiani mengikuti Sidang Promosi Program Doktor di Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Puri merupakan alumnus dari International Master Program on Mathematics Education (IMPoME) in collaboration between Unsri and Utrecht University, the Netherlands.

Puri kembali memilih untuk melanjutkan risetnya saat S2 dengan menggandeng Ko-Promotor dari Belanda, Prof. Dr. Maarten Dolk. Ia mengambil tema tentang Professional Development for Supporting Primary School Teachers in Promoting Students’ Mathematical Reasoning Using Realistic Mathematics Education (RME).

Penelitian di Belanda
Sebuah design research dalam pengembangan profesi guru di sekolah dasar dalam menanamkan penalaran matematis siswa di sekolah dasar. Puri menegaskan, alasan mengapa penelitiannya dilakukan di Belanda dan Indonesia.

Salah satunya karena RME ditemukan di Belanda pada 1970-an oleh Hans Freudenthal sebagai suatu pendekatan pembelajaran matematika, yang kemudian diadaptasi di berbagai negara termasuk Indonesia.

Alasan lainnya adalah karena berdasarkan beberapa sumber bacaan yang didapatkan oleh Puri yang menyatakan bahwa “anak-anak yang paling bahagia di dunia adalah anak-anak di Belanda” (Children in Netherlands are among the world’s happiest).

Berdasarkan alasan tersebut, Puri memutuskan untuk menggandeng ko-promotor dari Belanda yang merupakan dosen Puri saat S2 dan melanjutkan riset saat S2 terkait RME. Sekarang ini lebih difokuskan kepada bagaimana mendesain suatu program pengembangan profesi guru di sekolah dasar yang berbasis kepada penalaran matematis siswa.

Prof. Dr. Maarten Dolk, Ko-Promotor dari Belanda, yang saat itu sengaja dihadirkan langsung di UPI Bandung dalam Sidang Promosi Doktor Puri, menyatakan sangat terkesan dengan perjuangan Puri. Baik selama di Belanda maupun di Indonesia.

READ BACA BOS KU!!!!  Gelitik JARI : Dua Kualifikasi Pemimpin Menurut Ibnu Taimiyah

Dia tahu menjadi seorang Puri tidaklah mudah, dalam waktu yang bersamaan Puri dapat menyelesaikan studi S3 selama 3 tahun dengan predikat cumlaude dan IPK 4,0. Suatu pencapaian yang sangat jarang terjadi di tengah-tengah kesibukan Puri yang berprofesi sebagai dosen dan juga harus mengurus keluarga.

“Beberapa hari menjelang ujian sidang pun, Puri harus menjaga anaknya yang sedang dirawat di Rumah Sakit, namun dia tetap berusaha menyelesaikan disertasinya, dan itu luar biasa,” kata Dolk.

Menanggapi pernyataan Maarten Dolk tersebut, Sekretaris PSGPA UHAMKA, Sri Astuti mengatakan, pentingnya berketahanmalangan sebagai suatu fondasi bagi keluarga untuk selalu kuat dan saling menguatkan. “Dari keluarga Bu Puri kita bisa belajar bahwa keluarga berketahanmalangan merupakan kunci keberhasilan pendidikan anak, dan itu yang menjadi perhatian bagi kami di Pusat Studi Gender dan Perlindungan Anak,” ungkap Sri Astuti.

“Macan Naga”
Puri yang sehari-harinya berprofesi sebagai dosen di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) UHAMKA ini memiliki 3 anak. Puri biasa dikenal sebagai “Macan Naga” (Mama Cantik Anak Tiga) memiliki serangkaian cerita yang unik tentang bagaimana menjalankan peran sebagai seorang istri, ibu, dosen, dan juga aktivis di masyarakat.

“Bu Puri ini termasuk wanita hebat yang menginspirasi, dalam waktu yang bersamaan, beliau menjadi seorang ibu, seorang istri, dan menjadi seorang pembelajar bahkan sampai dikirim ke Belanda. Dan hari ini kita semakin yakin dengan kekuatan Bu Puri, dalam kurun waktu 3 tahun dapat menyelesaikan studi S3 nya, dengan predikat cumlaude dengan capaian IPK 4,0, di tengah kesibukan beliau sebagai dosen di UHAMKA,” kata Wakil Rektor IV UHAMKA, Muhammad Dwifajri yang mewakili Pimpinan UHAMKA.

Pada kesempatan tersebut, Yoce Aliah Darma juga menyampaikan, PSGPA UHAMKA sangat mengapresiasi salah satu kader yang berhasil menunjukkan bahwa setiap perempuan masih bisa berpeluang untuk berkarya, bahkan meraih gelar akademik setinggi-tingginya dengan supporting system keluarga yang kuat. “Puri merupakan salah satu contoh yang memiliki suami yang responsif gender, yang rela berbagi peran demi kebaikan keluarga,” tutur Yoce. [Mc]