JAKARTA – Warga Muhammadiyah, khususnya Angkatan Muda Muhammadiyah, harus menjadi insan merdeka yang tak boleh berhenti beramar makruf-bernahyi munkar.
Demikian ditegaskan Ketua Umum PP Muhammadiyah 2005-2015 Din Syamsuddin pada Pengajian Akbar dalam rangka Pembukaan Musyawarah Daerah Pemuda Muhammadiyah Kota Semarang, Minggu, 25 Februari 2024. Pengajian dihadiri seribuan jamaah Muhammadiyah yang memadati Masjid Agung Jatisari, Mijen, Semarang.
Menurut Din Syamsuddin, yang pernah menjadi Ketua Umum PP Pemuda Muhammadiyah 1989-1993, sikap demikian adalah menifestasi dari syahadatain (La Ilaha illallah, Muhammadur Rasulullah), bahwa sebagai insan beriman kita hanya bersandar dan takut kepada Allah SWT bukan kepada makhluk.
Apalagi Muhammadiyah memiliki prinsip menegakkan amar makruf-nahyi munkar, yang keduanya menyatu dan tidak boleh dipenggal-penggal. Maka warga Muhammadiyah jangan berhenti menegakkannya.
Hal serupa juga disampaikan Din Syamsuddin dalam pengajian berturut-turut di Kampus Universitas Muhammadiyah Purwokerto Jum’at pagi, 23 Februari 2024 dan Muhammadiyah Cabang Pekajangan, Jumat malam.
Lebih lanjut, Guru Besar Politik Islam Global FISIP UIN Jakarta ini menegaskan bahwa Muhammadiyah kini menghadapi kemungkaran serius berupa kemungkaran struktural dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Karena itu Muhammadiyah justeru harus semakin meningkatkan peran amar makruf-nahyi munkarnya sebagaimana tercantum pada Al-Qur’an Surah Ali Imran 104 yang selalu dibaca dalam acara-acara Muhammadiyah.
Hal ini sebenarnya sudah menjadi amanat Muktamar Muhammadiyah di Yogyakarta Tahun 2010 bahwa Muhammadiyah perlu melakukan jihad konstitusi (merevisi sejumlah Undang-Undang yang dinilai menyimpang dari Konstitusi), dan melakukan langkah/langkah strategis mengatasi adanya deviasi dan distorsi kehidupan kebangsaan dan kenegaraan Indonesia dari nilai-nilai dasar yang telah diletakkan oleh para pendiri bangsa termasuk di dalamnya tokoh-tokoh Muhammadiyah.
Sehubungan dengan itu, kata Din Syamsuddin, dalam menyikapi proses Pemilu/Pilpres 2024, Muhammadiyah seyogyanya kritis terhadap fenomena kecurangan yang terjadi. Jangan biarkan kemungkaran tertutupi karena jika hal demikian dibiarkan maka kemungkaran struktural akan berkelanjutan dan merusak tatanan negara bangsa yang ikut didirikan oleh Muhammadiyah, dan Muhammadiyah bertanggung jawab akan masa depannya.
Secara khusus, Din Syamsuddin mewanti-wanti Angkatan Muda Muhammadiyah agar jangan terjebak ke dalam budaya politik pragmatis apalagi materialistik. Jangan terpesona dan tergoda oleh materi, atau janji akan posisi.
Kader dan tokoh Muhammadiyah perlu berorentasi pada kepentingan politik jangka panjang yakni izzul Islam wal Muslimin dalam kerangka Indonesia yang majemuk, bukan pada kepentingan apalagi bersifat individual yang berjangka pendek.
“Hal demikian belum tentu menguntungkan Muhammadiyah tapi justeru merugikan karena menggerus elan vital dakwah Muhammadiyah,” tandas Ketua Pimpinan Ranting Muhammadiyah Pondok Labu, Jakarta Selatan ini. [Kba]