Kritik “Tanpa Adab” Rocky Gerung Sebagai Upaya Membongkar Watak Feodalisme Penguasa Yang Masih Bercokol dan Menindas

Kritik “Tanpa Adab” Rocky Gerung Sebagai Upaya Membongkar Watak Feodalisme Penguasa Yang Masih Bercokol dan Menindas

Oleh:

MN LAPONG
(Dewan Direktur LBH ForJIS)

Perdebatan pemidanaan Rocky Gerung, sekarang sudah bergeser masuk dalam perbincangan domain politik ketimbang sebuah kasus hukum, dan tentu bagi Tuan Rocky Gerung yang menyadari betapa pentingnya tujuan perjuangannya yang akan dituju bagi perbaikan Bangsa ini kedepan, membuatnya tidak terlalu risau terhadap resiko penjara, ada atau tidak buat dirinya.

Bergesernya jerat hukum dari penghinaan dalam porsi delik aduan ke penyebaran berita bohong dan keonaran ke dalam porsi bobot pemidanaan hukuman yang lebih berat, alias pokoke Rocky Gerung dipenjara! Apa lagi setelah politisi Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto menyampaikan tanggapannya atas Kritik Rocky Gerung yang dinilainya, “mencela Presiden dengan cara-cara yang tidak berkeadaban, yang merendahkan harkat dan martabat presiden.”

Dengan Penggunaan pasal pidana “penyiaran berita bohong dan keonaran”, sebagai upaya untuk membungkam kritik. Hal yang sama terjadi dalam kasus Syahganda Nainggolan dan Jumhur Hidayat yang dijerat masuk penjara dengan menggunakan Pasal 14 dan Pasal 15 UU No 1 Tahun 1946, tentang peraturan hukum pidana.

Apakah Rocky Gerung akan menjadi korban berikutnya pasal “berita bohong dan keonaran” ini? Menurut hemat saya sudah tidak menjadi penting lagi di bahas. Mengingat skenario pemenjaraan tuan Rocky Gerung oleh kelompok kepentingan dalam kekuasaan Presiden Jokowi berlomba tampil mencari panggung untuk menjerat tuan Rocky Gerung.

Desain demo bayaran termasuk yang terjadi di rumah tuan Rocky Gerung dan penghadangan acara di beberapa kampus dan tempat, sebagai upaya memenuhi alibi keonaran yang kira-kira akan menjadi unsur penyempurna dari pasal yang akan dialamatkan ke tuan Rocky Gerung. Wait and see?

Tuan Rocky Gerung dan Sejarah 3 Tokoh

Menjelaskan kausalitas sejarah atas kiprah politik Tuan Rocky Gerung dalam kancah politik nasional hari ini justru lebih menarik kita kemukakan ketimbang kasus itu sendiri, untuk disampaikan kepada publik khususnya dalam hal kewarasan penguasa dan aparat hukum dalam menilai substansi dan otenktiknya kiprah seorang tuan Rocky Gerung dalam melakukan kritik kepada penguasa sebagai bentuk pandangan politiknya yang gelisah melihat negara yang salah urus.

Sekarang mari kita simak 3 aktor sejarah Bangsa di bawah ini sebagai pembanding kita dalam menilai konteks dan memahami soal kontroversi kiprah politik oposisi tuan Rocky Gerung di tengah masyakakat, yang di kenal sebagai pembawa narasi oposisi sekaligus orator terdepan oposisi dalam mengeritik kebijakan Presiden Jokowi, sebagai berikut :

READ BACA BOS KU!!!!  BI Tidak Berdaya, Kurs Rupiah Tergantung ‘Doping’ Utang Luar Negeri

1.Ketika Sukarno Pada 1940, menulis artikel di Majalah Pandji Islam berjudul “Islam Sontolojo”. Kontroversi? Jelas. Tapi apa yang ada dalam benak Sukarno hingga terbersit kata sontoloyo?

Saat itu Sukarno marah setelah membaca surat kabar Pemandangan terbitan tanggal 8 April 1940, Bung Karno membaca satu berita yang ganjil, yaitu seorang guru agama dijebloskan ke dalam bui tahanan karena ia memperkosa kehormatan salah seorang muridnya yang masih belia. Keganjilan itu dikarenakan cara si guru itu “menghalalkan” perbuatannya, dimana sesuatu perbuatan dosa dihalalkan sendiri olehnya menurut hukum fiqh dalam agama Islam.

Tulisan berjudul “Islam Sontoloyo” karya Bung Karno ini menuai kontroversi yang hebat pada era pra- kemerdekaan karena dianggap menghina agama & keyakinan ummat Islam saat itu.

Menurut Sejarawan Islam Zainul Milal Bizawie tulisan tersebut adalah salah satu karya autokritik agar umat Islam Indonesia memiliki pemikiran yang maju dan tidak kuno.

Tulisan itu menyimpan cita-cita Soekarno yang ingin Islam menjadi agama yang maju sehingga menjadikannya sebagai api sejarah peradaban.

2. Penggunaan bahasa Ngoko oleh HOS Tjokroaminoto dalam melawan Feodalisme- Kolonialisme dan kata
Dungu, Tolol, Bajingan, oleh Rocky Gerung sebagai Sikap Kritis-Frontal Atas Feodalisme Penguasa.

Gerakan Djawa Dwipa yang bersemboyan “Sama rasa sama rata, satu menderita semua turut merasa, satu senang semua bahagia.”

Bagi Sarekat Islam, gerakan Djawa Dwipa yang mengganti penggunaan bahasa Jawa Krama dengan bahasa Jawa Ngoko adalah sebuah keberanian. Penggunaan bahasa Jawa Ngoko dapat membuat kaum kromo bertindak lebih berani. Selama ini mereka memiliki ketakutan untuk mengungkapkan perasaannya. Kadang mereka hanya bisa memendam atau mengalah terhadap ketidakadilan yang menimpanya, sebab suburnya feodalisme akibat kolonialisme. Gerakan Djawa Dwipa awalnya di inisiasi oleh Tjokrosoedarmo 1917 yang kemudian menjadi mainstream gerakan Syrekat Islam untuk memperjuangkan harga diri kesetaraan hak dan bahasa Jawa untuk menggerus feodalisme -kolonialisme.

Dalam meneguhkan dan menyempurnakan sikapnya melawan feodalisme Tjokro sendiri sudah lama membuang gelar Raden Mas-nya. Gerakan Tjokro radikal, revolusioner, dan terarah pada masyarakat yang Cita-citanya kemerdekaan nasional yang susunan masyarakatnya sosialis, Menurut rumusan Dr. H. Ruslam Abdulgani, Pancasila adalah aliran sosialis yang ilmiah dan religius, pastilah Tjokro ikut menentukan corak relegiusitasnya itu.

READ BACA BOS KU!!!!  BI Tidak Berdaya, Kurs Rupiah Tergantung ‘Doping’ Utang Luar Negeri

Dalam narasi oposisi Rocky Gerung yang banyak viral terungkap juga banyak menggunakan kata Feodalisme seperti yang dilawan HOS Tjokroaminoto (yang menurut tafsir penulis), hal itu masih bercokol dalam praktek ketatanegaraan kita oleh para the ruling class dan itu harus di bongkar habis dengan kata waras, dungu, tolol dan bajingan, bahasa yang setara dengan kelakuan “mereka” yang mengakibatkan kepentingan publik-rakyat banyak diabaikan, yang juga menyuburkan praktek korupsi dan mis manajemen dalam pengelolaan negara.

Rocky Gerung terpaksa mengambil jalan oposisi ketika tidak ada lagi institusi oposisi yang permanen (partai politik) menjalankan fungsi kontrol terhadap kekuasaan, panggung tersebut di gunakan oleh Rocky Gerung untuk bersikap frontal (tidak munafik) mengeritik penguasa sekeras kerasnya yang di nilai banyak pihak tidak Bersopan santun, sebab kritik adalah bahasa verbal untuk menyerang dan menyudutkan lawan politik agar keputusan menyangkut urusan kebijakan publik di pertengkaran di ruang publik untuk mencapai titik temu agar mendapat keputusan publik yang berkualitas.

Dengan kata lain narasi oposisi dalam pandangan politik seorang Rocky Gerung yang hari ini bersedia pasang badan agar tumbuhnya demokrasi dan praktek negara yang sehat, dalam bahasa Ngoko yang cadas-cetar membahana seperti kata kata di atas, tak lain adalah untuk menumbuhkan kesadaran tanggung jawab dari rasa malu dan harga diri para the ruling class demi Indonesia yang maju berkesejahteraan untuk seluruh rakyat yang sudah merdeka ini. Hal itu merupakan kelmjutan gerakan HOS Tjokroaminoto saat lalu yang ingin menumbuhkan kesadaran harga diri rakyat jelata demi melawan feodalisme-kolonialisme untuk merdeka.

3. BJ Habibie soal sikapnya dalam memandang Perbedaan pandangan Politik

BJ Habibie Presiden ke 3 RI, dikenal sebagai Presiden yang berpandangan sangat demokratis. Di era masa jabatannya kebebasan pers terbentuk tanpa perlu menggunakan SIUPP. BJ. Habibie juga Merelakan Masa Jabatannya Dipotong Demi Tuntutan Massa Reformasi yang Membencinya. Serta Keberhasilan dalam melaksanakan Pemilu besar yang paling demokratis dengan 48 Partai peserta pemilu.

Sikap demokratis dan kenegerawaan BJ. Habibie puncaknya teruji ketikan Pidato Pertanggung Jawaban nya di tolak oleh MPR dia berbesar hati mengundurkan diri dari jabatan Presiden sebagai sikap komitmen teguhnya terhadap demokrasi. Demikian pula halnya terhadap penegakan HAM, tidak ada satupun lawan politik yang membenci nya dia penjarakan, malah yang ada semua tawanan politik dieranya dibebaskan termasuk tokoh politik Lekra PKI Pramodya Anantatoer.

READ BACA BOS KU!!!!  BI Tidak Berdaya, Kurs Rupiah Tergantung ‘Doping’ Utang Luar Negeri

Sikap demokratis BJ Habibie terlihat dalam sikapnya bahwa perbedaan pandangan politik dalam bernegara adalah hak setiap warga negara, olehnya tidak boleh di kriminalkan. Seperti ungkapannya yang sangat terkenal yang melegakan hati para oposisi ketika itu, bahwa ”Penjara adalah tempat bagi para kriminal bukan bagi orang yang berbeda pandangan politik.”

Jadi dapat dipastikan jika Rocky Gerung menyampaikan kritiknya seperti yang dilontarkan hari ini, maka diera BJ. Habibie dipastikan sdr. Rocky Gerung tidak perlu kuatir menyampaikan kritiknya tanpa perlu resiko di kriminalkan atau dipenjara oleh penguasa.

Singkirkan Watak Feodal Yang Masih Bercokol

Mencari tahu Seberapa Pantaskah Tuan Rocky Gerung di Penjara? Dan mencari tahu mengapa Tuan Rocky Gerung pasang badan membela kewarasan dalam bernegara agar perahu negerinya selamat membawa bangsa besar ini ketujuan cita cita kemerdekaannya.

Hal ini penting bagi semua pihak menyadari khususnya penguasa dan aparatnya mengambil hikmah dalam teropong sejarah bangsa yang telah dilalui.

Cakupan Masa lalu adalah cermin hari ini untuk menjadi lebih baik bagi bangsa ini kedepan, bukan sebaliknya malah bangsa ini mundur dan tidak seiring dengan pilihan demokrasi hari ini, bukan malah sebuah pilihan kesesatan democrazy.

Berpandangan lebih luas diera demokrasi dengan mengutamakan sikap demokratis sudah harus menggeser watak feodal penyelenggara negara, yang kadang karena ketamakan menempatkan hukum di bawah kepentingan politik penguasa yang arogan ala kolonial, sehingga hukum tanpil menjadi berwatak menindas dan jauh dari rasa keadilan rakyat.

Rocky Gerung adalah simbol perlawanan dari rakyat yang marginal, yang kepentingannya acap kali di abaikan oleh regulasi yang dibuat penguasa maupun tindakan sewenang wenang lainnya.

Seiring kemajuan, rakyat dengan segala ekspresinya perlu diberi ruang partisipasi untuk secara sadar membangun dan memajukan negara Indonesia yang di cintainya.

Bahkan harus difasilitasi oleh negara agar kemajuan ekonomi dan pembangunan juga sebanyak banyak untuk kepentingan rakyat, bukan hanya untuk penguasaan segelintir orang seperti yang terjadi hari ini.

Kecemasan tuan Rocky Gerung dkk oposisinya adalah jangan sampe seperti apa yang dikatakan Sukarno, bangsa yang terjajah oleh bangsanya sendiri (?) Olehnya sumbatan kedunguan dan ketololan akibat masih bercokolnya watak feodal yang jauh dari cara yang waras mengelola negara yang kaya raya ini, sudah harus disingkirkan

10 Agustus 2023
Rorotan Village