PALEMBANG – Kabupaten Pacitan merupakan salah satu daerah dengan potensi bahari di Provinsi Jawa Timur. Karena punya potensi bahari maka warga Pacitan banyak yang berprofesi sebagai nelayan.
Meskipun para nelayan Pacitan ini menggantungkan hidupnya dari melaut, tetapi ternyata masih banyak di antara mereka yang tak mahir berenang. Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kabupaten Pacitan mencatat sebanyak 60 persen nelayan Pacitan tak punya keahlian renang.
Selain tak mahir renang, mereka juga kurang kesadaran untuk melengkapi alat keselamatan diri selama melaut. Sehingga hal tersebut membuat risiko kecelakaan kerja saat di laut terhitung tinggi.
Dilansir dari Radar Madiun (JawaPos Group) Kepala DKP Pacitan Bambang Mahendrawan mengatakan hasil penelitian sederhana yang mereka lakukan terhadap 200 nelayan di Kecamatan Sudimoro dan Donorojo menyebutkan 60 persen dari mereka tidak mahir berenang.
“Sebanyak 60 persen dari nelayan hanya bermodal nekat saat pergi melaut, karena tidak mempunyai kemampuan dasar berenang” kata dia.
Ia menyebutkan hal itu sangat berpengaruh karena ketika perahu dihantam oleh gelombang tinggi saat melaut mereka tidak mampu menyelamatkan diri. Begitu juga dengan kesadaran mengenakan pelampung atau life jacket yang masih minim.
Sehingga muncul akibat yakni sering terjadi kejadian kecelakaan yang membuat nelayan jadi korban meninggal karena tenggelam di laut.
“Dari penelitian kami hanya sekitar 40 persen saja yang bisa berenang dan mempunyai alat keselamatan diri di perahunya” ujarnya.
Menanggapi hal itu, Bambang mengatakan tak sedikit dari nelayan yang masih enggan mengenakan alat keselamatan diri.
Meskipun seharusnya alat keselamatan diri seperti pelampung disiapkan oleh pemerintah daerah, tetapi pihaknya terus melakukan sosialisasi agar semakin banyak nelayan yang mempunyai pelampung.
Ia mengajak para pengusaha kapal di Pacitan untuk menjaga keselamatan kerja dengan membekali anak buahnya sarana dan prasarana penunjang keselamatan. Seperti alat GPS, alat navigasi, hingga alat komunikasi.
Hal itu bertujuan agar titik koordinat kapal selalu terpantau dan mengurangi risiko terjadinya kendala navigasi saat kembali ke darat. Ia juga menambahkan pentingnya mempunyai asuransi keselamatan bagi nelayan.
“Dari tiga ribuan nelayan, baru sekitar 1.500 orang yang terlindungi asuransi” pungkasnya. [Jp]