Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melaporkan 673 kepala keluarga terdampak banjir di Tangerang Selatan pada Sabtu (6/72024) malam.
Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari menjelaskan bahwa banjir tersebut memiliki ketinggian hingga 80 cm. Ia menyebut, hujan lebat dengan durasi yang lama menjadi salah satu penyebab banjir di wilayah itu.
“Berdasarkan data yang dihimpun oleh BNPB, sedikitnya terdapat tujuh kelurahan yang terendam banjir, di antaranya Kelurahan Pamulang Barat, Kelurahan Rempoa, Kelurahan Keranggan, Kelurahan Jurangmangu Barat, Kelurahan Sawah, Kelurahan Jombang, dan Kelurahan Jelupang,” kata Abdul dalam keterangan resminya, Minggu (7/7/2024).
Selain banjir, tanah longsor juga dilaporkan terjadi di Kelurahan Keranggan, Kecamatan Setu. Akibat insiden tersebut, satu unit rumah terdampak dan dua rumah lainnya berpotensi turut terdampak.
Terbaru, Minggu (7/7/2024) pagi, BPBD Tangerang Selatan menyebut banjir yang terjadi sudah berangsur surut. Namun, pihaknya masih tetap berjaga untuk mengantisipasi banjir kembali terjadi.
“Merespons dua peristiwa bencana tersebut, BPBD Kota Tangerang Selatan dengan segera bergerak menurunkan tim reaksi cepat guna melakukan evakuasi, kaji cepat, serta berkoordinasi dengan instansi terkait guna penanganan darurat banjir dan tanah longsor,” ucap Abdul.
Lebih lanjut, Abdul mengimbau kepada masyarakat untuk tetap waspada dan sigap akan potensi bencana hidrometeorologi basah seperti banjir dan tanah longsor, meskipun saat ini masih dalam musim kemarau.
Ia menyebut apabila hujan lebat terjadi lebih dari satu jam pada daerah rawan bencana, maka warga dapat melakukan evakuasi secara mandiri ke tempat yang lebih aman.
Mengutip peringatan dini Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Abdul menyampaikan bahwa terdapat potensi hujan lebat yang disertai petir dan angin kencang di wilayah Tangerang Selatan pada hari ini, Minggu (7/7/2024).
“Selain itu, dalam sepekan ke depan, masih terdapat potensi peningkatan curah hujan secara signifikan di sejumlah wilayah Indonesia. Fenomena ini disebabkan oleh dinamika atmosfer skala regional-global yang cukup signifikan,” kata Abdul.
Menurut dia, terpantau aktivitas atas fenomena Madden Julian Oscillation (MJO), serta Gelombang Kelvin dan Rossby Equatorial di sebagian besar wilayah Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Kepulauan Maluku, dan sebagian besar Papua.
“Kombinasi pengaruh fenomena-fenomena cuaca tersebut diprakirakan menimbulkan potensi hujan dengan intensitas sedang hingga lebat yang disertai kilat/angin kencang di sebagian besar wilayah Indonesia pada tanggal 5-11 Juli 2024,” tutupnya. [Az]